Dalam sebuah forum resmi, Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menyampaikan pernyataan mengejutkan mengenai kondisi Sumber Daya Manusia (SDM) Indonesia. Ia menyoroti rendahnya daya saing SDM Indonesia di tingkat global, yang menjadi tantangan serius bagi kemajuan bangsa. Meski Indonesia memiliki bonus demografi, kualitas tenaga kerja masih menjadi masalah utama.
Data dan Fakta: Kualitas SDM Indonesia Tertinggal
Sri Mulyani mengutip data dari Human Capital Index (HCI) Bank Dunia, di mana Indonesia hanya mencetak skor 0,54 dari skala 1. Artinya, anak-anak yang lahir hari ini di Indonesia diperkirakan hanya akan mencapai 54% dari potensi produktivitas maksimalnya saat dewasa jika dibandingkan dengan standar global.
Beberapa indikator utama penyebab skor rendah tersebut antara lain:
- Tingkat pendidikan dasar dan menengah yang belum merata
- Angka stunting yang masih tinggi
- Keterbatasan akses ke layanan kesehatan berkualitas
- Kurangnya pelatihan dan pengembangan keterampilan (upskilling/reskilling)
Kenapa Ini Menjadi Masalah Serius?
Kualitas SDM yang rendah berdampak langsung pada berbagai aspek pembangunan nasional:
- Pertumbuhan ekonomi melambat akibat produktivitas tenaga kerja yang rendah
- Daya saing industri nasional melemah di pasar global
- Kesempatan investasi asing berkurang karena minimnya tenaga kerja berkualitas
- Kesenjangan sosial semakin melebar akibat ketimpangan pendidikan dan keterampilan
Pandangan Sri Mulyani: Tidak Bisa Business as Usual
Menurut Sri Mulyani, Indonesia tidak bisa lagi bersikap biasa-biasa saja dalam membangun SDM. “Kalau kita tidak melakukan perubahan besar dalam pendidikan dan kesehatan, kita akan kehilangan momentum bonus demografi,” tegasnya.
Pemerintah, melalui Kementerian Keuangan, telah mengalokasikan lebih dari 20% dari APBN untuk sektor pendidikan. Namun, ia menekankan bahwa anggaran besar bukan jaminan tanpa perbaikan kualitas dan tata kelola.
Solusi dan Langkah Strategis
Untuk mengatasi tantangan ini, Sri Mulyani mendorong:
- Reformasi sistem pendidikan, terutama dalam kurikulum dan pelatihan guru.
- Investasi dalam kesehatan anak dan ibu untuk menekan angka stunting.
- Kolaborasi lintas sektor antara pemerintah, swasta, dan akademisi untuk menciptakan ekosistem pengembangan SDM yang berkelanjutan.
- Transformasi digital dalam dunia pendidikan dan pelatihan kerja.